Connect with us

Pendapat Redaksi

Menimbang Pilihan Golkar di Pilkada Soppeng

DPP Partai Golkar secara mengejutkan mengumumkan jagoannya di Pilkada serentak 2024 mendatang. Beringin terkesan curi star.

Terlepas dari itu, pengumuman Golkar itu memantik api politik disejumlah daerah kembali membara, terutama di wilayah dimana Golkar dominan. Seperti misalnya, Kabupaten Soppeng.

Pada Pemilu 2019, Golkar Soppeng mendominasi Raihan suara hingga 47,05 persen dari total suara sah. Mereka kemudian sukses mengirim 12 legislator dari total 30 anggota di DPRD Soppeng.

Namun, dominasi Golkar itu tak diiringi dengan penyiapan ‘putra mahkota’ pasca Ketua Golkar Soppeng Andi Kaswadi Razak harus menutup periode kepemimpinannya yang memasuki ujung pengabdian. Akibatnya, patron Golkar Soppeng kini kritis setelah era Kaswadi berakhir. Gap kharisma dan elektabilitas Kaswadi Razak dengan kader Golkar di Soppeng saat ini sangatlah besar.

Sebenarnya, Kaswadi punya dua putra biologis yang kini terjun ke politik, yaitu Andi Ikram dan Andi Farid. Namun, usia mereka yang masih terbilang belia dengan pengalaman politik minim membuat kharisma mereka tak sebesar sang bapak.

DPP Golkar ternyata juga membaca kondisi itu. Buktinya, saat mengirimkan daftar nama calon kepala daerah yang akan mendapat penugasan, hanya ada dua nama yang diapungkan yaitu Syahruddin Adam dan Suwardi Haseng. Tak ada nama dua klan Kaswadi, Ikram dan Farid. DPP membaca dua putra mahkota ini belum dapat diandalkan berkompetisi secara luas di Soppeng.

Dua calon kepala daerah Golkar di Soppeng, Syahruddin Adam dan Suwardi Haseng. (ist)

Tetapi, kemunculan dua nama, Pak Sahar dan Aji Suwa, justru melahirkan rivalitas tak berujung dari keduanya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa keduanya tak pernah akur secara politik pasca terpilihan Pak Sahar sebagai Ketua DPRD Soppeng, posisi yang juga dibidik Aji Suwa, lima tahun lalu.

Jika menimbang kekuatan keduanya, maka relatif bisa dianggap berimbang. Pak Sahar adalah anak emas Kaswadi Razak dan dianggap putra mahkota baru. Sementara, Aji Suwa berjarak dengan Kaswadi Razak tetapi punya opsi menentukan berupa kekuatan finansial untuk menaikkan keterpilihan dan mengerakkan tim.

Pak Sahar, meski bakal mendapat dukungan full dari Kaswadi Razak, bakal tersandung di penyediaan finansial yang besar. Sementara Aji Suwardi, mendapat sandungan dari tak adanya dukungan Kaswadi Razak tetapi punya opsi penyediaan finansial yang tak berbatas.

Menilik tabiat DPP Golkar selama ini dalam menentukan jagoannya di Pilkada, maka faktor kemampuan mengerakkan tim adalah penentu utamanya. Kemampuan finansial selalu harus menyertai keterpilihan yang bagus. Jika keterpilihan seorang figur sama, maka faktor kesanggupan penyediaan dana kampanye menjadi penentunya.

Maka, jika patsum penentuan Cakada Golkar itu masih tak berubah jelang Pilkada 2024 ini, maka sudah bisa ditebak siapa yang akan dipilih Golkar diantara dua figur ini menjadi jagoan beringin di Pilkada Soppeng. (*)

Continue Reading

Trending