Sunday 02 April 2023
spot_img

Pesepeda di Jakarta Tewas Kena Serangan Jantung, Perhatikan Ini Jika Gowes

TUMBANG – Seorang pesepeda di Jakarta tumbang saat gowes, pagi ini, diduga karena serangan jantung. Perhatikan tanda ini jika bersepada. (Ilustrasi)

CELEBEETERKINI.com, Jakarta – Pesepeda road bike berusia 62 tahun meninggal dunia usai bersepeda di atas Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang pagi ini. Dirinya diduga wafat karena serangan jantung.
“Diduga seperti itu (serangan jantung). Keluarganya juga mengaminkan punya riwayat jantung,” kata Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Rudy Saptari saat dihubungi, Minggu (23/5/2021).

“15 tahun lalu pernah pasang ring jantung. Dari dokter diduga kecapaian karena dilihat dari garminnya itu yang di pencetan sepeda itu detak jantung almarhum tinggi, 180. Kalau kita orang normal 75 kan, 100 aja udah degdegan. Beliau 180, mungkin kecapean kemudian ada riwayat jantung. Sekarang sudah ada keluarganya,” ujarnya seperti dikutip dari detik com.

Tidak sedikit pegowes yang kolaps serangan jantung usai bersepeda. Beberapa hal yang bisa menjadi pemicunya ada riwayat jantung hingga terlalu memaksakan diri saat kondisi tubuh sudah terasa lelah. Adapula di antara mereka yang lupa melakukan pemanasan, sebelum bersepeda. Hal ini juga bisa menjadi penyebab kolaps saat gowes.

Menurut spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Lippo Karawaci dr Vito A Damay, SpJP, ada rasa berdebar-debar hingga kesulitan bernapas saat seseorang mengalami kondisi ini.”Kalau kita merasa bahwa sudah sampai batas, atau something wrong, biasanya rasanya debar-debar, sakit dada, napas nggak bisa atau susah, ada pusing seperti mau pingsan, dan dadanya seperti dihimpit itu tanda-tanda serangan jantung,” jelasnya beberapa waktu lalu.

dr Vito mewanti-wanti, mereka yang bersepeda agar tidak langsung gowes dengan intensitas tinggi jika tak terbiasa sebelumnya. Penting untuk mengenali kondisi diri saat olahraga sepeda.

Bagaimana jika teman gowes tak sadarkan diri usai bersepeda?
“Jadi kan misalnya dia tidak sadarkan diri, dia tidak akan respons saat dipanggil. Goncang bahunya, kalau dia tidak merespons, kita anggap dia kolaps karena masalah jantung,” tutur dr Vito.

“Kalau kita medical professional, kita bisa raba nadi di leher. Kalau bukan, nggak usah (raba nadi) karena itu buang-buang waktu carinya. Jadi ketika dia nggak respons, kita anggap dia sudah alami henti jantung,” sambungnya.

dr Vito menyarankan untuk segera mencari bantuan medis atau profesional, alih-alih panik menghadapi hal tersebut. (dtc/mal)

Artikel Terkait
- Advertisment -

Tetap Terhubung

512FansSuka
0PengikutMengikuti
26PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terpopuler

Komentar Terbaru