TAK DIUNDANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tak diundang dalam sebuah acara konsolidasi Capres PDIP di Semarang, Sabtu. Namun, justru pengamat menilai hal itu adalah langkah strategis PDIP. (ist)
CELEBESTERKINI.com, Makassar – Peristiwa tak diundangnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam rapat konsolidasi internal PDI Perjuangan yang membahas persiapan Pilpres 2024 di Kantor DPD PDIP Jawa Tengah, Panti Marhaen Semarang, Sabtu (23/5/2021), memantik polemik. Banyak yang menilai itu adalah langkah nyata untuk mengganjal Ganjar menuju pencalonan Presiden RI 2024, dan memuluskan langkah Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
Terkait dengan itu, pengamat politik dari Makassar, Dr. Nurmal Idrus, MM, justru menilai langkah itu adalah strategis bagi PDIP. Menurut Direktur Nurani Strategic Consulting ini, publik tak boleh hanya menilai dari sisi elektabilitas Ganjar yang memang sejauh ini masih mengungguli Puan Maharani di pooling Capres. “Karena ada sisi lain yang kemungkinan diperhitungkan PDIP tetapi justru lebih berpengaruh terhadap masa depan pencapresan di Banteng,” katanya ketika dihubungi di Makassar, Selasa, 25 Mei 2021.


Salah satunya, kata Nurmal, adalah karena Puan masih dianggap reinkarnasi Megawati Soekarno Putri, sehingga bisa lebih mudah mengikat militansi jutaan kader banteng. “Pekerjaan rumah terberat PDIP di Capres Pemilu 2024 adalah bagaimana bisa mengikat militansi jutaan kadernya. Untuk itu, partai ini memerlukan seorang figur titisan dari sang pemilik, Ibu Megawati, dan hanya Puan yang memiliki itu, bukan figur lain,” tambahnya.
Oleh karena itulah, PDIP memang tak membutuhkan seorang figur dengan elektabilitas tinggi seperti Ganjar. “Sebab, elektabilitas seorang figur di partai besar seperti PDIP yang memiliki kader militan bisa dengan mudah dikerek naik ketika kader melihat dia adalah figur titisan dari founding father partai,” ujarnya.
Hal sama disampaikan oleh peneliti dari Indo Riset Celebes (IRC), Ahmad Sudir. Menurutnya, melihat PDIP tak bisa menilainya dengan membandingkannya dengan parpol lain. “Kalau menilai siapa Capres Golkar misalnya, maka itu berbeda dengan melihat siapa Capres PDIP. Di Banteng ada pemilik Megawati Soekarnoputri yang selalu didengar titahnya karena figuritasnya begitu kuat dan dikagumi. Sehingga kader menunggu titah dan pilihannya. Sementara Golkar yang lebih terbuka dipastikan akan menunggu siapa figur dengan keterpilihan tinggi yang akan menjadi pilihan mereka,” katanya.
Olehnya itu, pilihan PDIP terhadap Puan Maharani, tentunya adalah pilihan yang sudah dihitung matang oleh partai ini. “Mereka punya modal sekira 27 juta kader militan yang diraih di Pemilu 2019. Itu pekerjaan pertama yang harus mereka pikirkan dan pastikan untuk kembali memilih PDIP,” tutupnya. (sah/ren)