Connect with us

Politik

Kak Supri Hanya Menepi

Sejak Dua puluh lima tahunan lalu, sosok anak muda aktivis yang kerap menghiasi jalan-jalan protokol di Makassar, memimpin kawanan anak-anak muda progresif yang dengan gagah perkasa berteriak, berorasi dan memekikkan kalimat-kalimat kebenaran, menuntut keadilan dan memperjuangan hak-hak dasar warga masyarakat, meski terik ataupun hujan tidak peduli, ia terus berada di jalanan untuk satu tujuan, BERJUANG Untuk Rakyat!

Oleh: Attock Suharto

Sosok akan muda itu bernama Dr. Supriansa, S. H., M. H., ia kadang dipanggil kak Anca dan sangat lazim disapa Supri oleh seusianya dan Kak Supri bagi adik-adiknya di lapangan dan di kampus.

Jebolan fakultas hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) ini sejak mahasiswa sudah aktif di berbagai laman-laman aktivisme kampus dan ekstra universiter. Di kampus dia aktif di UPPM dan di luar kampus dia menceburkan diri di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan ISMAHI. Jauh ke luar kampus, Kak Supri bersama teman-temannya kemudian mendirikan organisasi perjuangan yang bernama Makassar Intelektual Law (MIL). Di orgamisasi ini merupakan sarana taktis strategis untuk meneguhkan kediriannya sebagai seorang pejuamg kemanusiaan, pejuang keadilan dan sederet aspirasi arus bawa. Kantornya multifungsi, selain sebagai wahana aspirasi rakyat, juga sebagai tempat berkeluh kesan kawan seprjuangannya, dan terlebih lagi menjadi lumbung bagi para pengacara dalam membela setiap orang yang ingin mencari keadilan.

Dari sanalah Kak Supri berkilau, MIL menjadi alat juangnya sehingga bisa menembus jejaring yang lebih luas, menjadi jembatan untuk mengembangkan diri dan potensinya ke level nasional. Ia kemudian bergaul di tingkat nasional bergabung dengan kawan-kawan seperjuangannya di sana. Kemilau Kak Supri semakin tampak dari relasi kuasa yang terbangun, relasi organisasi yang terjalin, sehingga ia kemudian memantik para elite politik di daerah meliriknya untuk menjadi wakil bupati Soppeng periode 2015 – 2020.

Tetapi, Kak Supri tetaplah Kak Supri, seseorang yang sangat sederhana dan tidak biasa bergaul di alam terbatas, meskipun sudah berada di zona nyaman, ia ingin mengabdi ke jenjang yang lebih tinggi dan menantang, karenanya menjadi wakil bupati bukan sekedar mengejar prestise, tetapi ia ingin menguji kepemimpinan dan mematangkan pengalaman politiknya sebagai bekal untuk menghadapi rintangan politik ke depan. Akhirnya, Kak Supri berpikir out of the box, berani keluar dari zona nyaman itu, belumlah tiba waktunya berhenti, Kak Supri kemudian berhenti lebih awal, ia hanya menjabat sekira tiga tahun setengah dari jabatan wakil bupati untuk mencari tantangan baru dan mempersiapkan diri sebagai calon anggota DPRRI pada pemilu 2019 silam.

Alhasil, pemilu 2019 pun berlalu dan memastikan satu kursi diamankan oleh Kak Supri. Seiring berjalannya waktu, di Senayan Kak Supri kembali menemukan dunianya, Perjuangan untuk rakyat!

Anggota Komisi III itu dikenal vokal di parlemen, garang dalam menyampaikan narasi-narasi politiknya dalam satu perkara ke perkara lainnya hal ikhwal hajat hidup orang banyak.

Sama seperti pada saat menjadi aktivis ekstra parlementer, saat di parlemen pun karakteristik atau stereotipenya tidak pernah berubah. Doktor di bidang hukum itu Garang di dalam forum, tetapi bersahaja di luar forum. Kebiasannya “ngumpul-ngumpul” bersama kawan-kawannya pun tidak berubah sebelum maupun saat dalam jabatan, tetap ngumpul bergumul di warkop. Itulah sebabnya, kawan-kawannya di parlemen dan kawan seperjuangannya sangat menaruh harapan, mendoakan dan memperjuangkannya agar kembali terpilih pada pemilu 2024.

Realitas politik kemudian berkehendak lain, ekspektasi untuk mendudukkan kembali Kak Supri harus terhenti karena kalah suara dengan kompetitor lainnya di internal partainya. Meskipun partai berhasil merebut 2 kursi, tetapi Kak Supri harus rela bertengger di posisi ketiga.

Tentu hasil itu membuat banyak orang sedih (kerabat, sahabat dan tim pemenangannya serta pendukungnya). Tetapi, apapun itu Kak Supri itu politisi, artinya apapun hasil politik itu pasti diterimanya dengan lapang dada, karena sejatinya politisi itu memang harus jatuh bangun dan sesekali menepi untuk mengatur strategi politiknya. Untuk kali ini, dapat dipastikan bahwa Kak Supri hanya menepi sejenak untuk melanjutkan pengabdiannya.


Kak Supri berakhir? Tentu tidak, karena berbagai kemungkinan masih bisa terjadi dan bahkan setiap momentum (termasuk momentum politik) diciptakan tidak berdiri tunggal, bahwa di balik itu ada rencana Tuhan yang lebih indah tentunya. Kita mesti yakin bahwa akan ada hikmah di balik itu karenanya Kak Supri akan terus kemilau dimanapun dia berada. Wallahu a’lam bissawwab. (*/sah)

Phoenam Boulevard, 20 Juni 2024.
SHTmedia

Continue Reading

Trending